Blog
Dari Banyuwangi, Besar di Papua dan Akhirnya Berlabuh di Minahasa Utara Itulah Sahabat Saya
![](https://norman.jejakperintis.com/wp-content/uploads/2025/02/FB_IMG_1738744911805.jpg)
JEJAKPERINTIS.COM || HUJAN masih saja deras usai saya menyambangi Taman Purbakala Waruga di Wania Sawangan, Minahasa Utara.
Dingin yang membalut tubuh ini bikin perut saya keroncongan alias lapar berat.
Saya teringat sahabat saya yang membuka rumah makan sederhana di sekitar Matungkas. Tak jauh dari Zero Point Minahasa Utara.
Tanpa ayal lagi, saya pun menerabas hujan melalui jalan arah balik ke Tondano menuju jalan besar ke wilayah Airmadidi.
Istilah kata: gaspol!
Sepeda motor butut terus melaju. Membelah hilir-mudik arus kendaraan di jalan.
Dari Taman Purbakala Waruga saya terus sampai akhir belok ke kiri dan menemukan jalan agak besar masuk ke wilayah Airmadidi. Tak jauh dari Pasar Airmadidi.
Hujan masih deras turun. Truk kontainer besar menuju Pelabuhan Bitung masih mengasap. Saya dengan motor tua keluaran tahun 2012 masih tetap meliuk-liuk di antara truk kontainer dan mikro (angkutan kota).
![](https://norman.jejakperintis.com/wp-content/uploads/2025/02/1000079199-1024x741.jpg)
Akhir saya pun tiba di rumah makan sahabat saya yang satu ini. Namanya Wawan Setiawan. Usianya baru 43 tahun.
Rumah makan sahabat saya ini cukup sederhana. Tapi pelanggannya banyak.
Dibantu sang istri yang asli Minahasa ini Wawan menjajakan makanan yang suwer enak banget. Salah satunya itu lho bubur Tinutuan. Bubur Manado yang pas di lidah apalagi dimakan pakai bakwan jagung. Maknyuss deh!
“Piye kabare mas,” sapa saya.
Wawan menjawab singkat: “Apik mas!”
Saya biasa ngobrol dengan Wawan pakai bahasa Jawa. Karena memang pria bertato wajah Yesus di tangan sebelah kiri ini memang asli Jawa.
Dia lahir di daerah Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur tetapi besar di Sentani, Papua.
Daerah Genteng, Banyuwangi bukan daerah asing buat saya. Karena ketika tragedi “Dukun Santet” kurung waktu Februari 1998 – Oktober 1999 saya pernah mendapatkan penugasan meliput peristiwa itu.
Jadi saya hapal daerah Genteng, Banyuwangi tempat kelahiran Wawan, sahabat saya yang satu ini.
Saya bahkan pernah numpang menginap di sebuah kantor polisi di daerah Genteng, Banyuwangi. Kalau mau naik kereta menuju Stasiun Senen, Jakarta juga bisa melalui sebuah stasiun di daerah Genteng.
Yang buat saya tertarik dengan sohib saya ini. Itu lho! Daya rantaunya yang bikin geleng-geleng kepala. Lahir di Genteng, Banyuwangi tetapi besar di Sentani, Papua. Di Bumi Cendrawasih inilah dia menemukan tambatan hatinya orang Minahasa, Sulawesi Utara.
Mereka menikah dan memilih menetap di Minahasa Utara tepatnya di daerah Matungkas. Dan kini mereka membuka usaha rumah makan. Tiga putri cantiknya menjadi saksi cinta mereka berdua. Sebuah perjuangan yang luar biasa!
Ya, luar biasa. Lahir di Genteng, Banyuwangi. Besar di Papua dan kini menapaki hidup di Minahasa Utara demi sebuah kehidupan.
Wawan Setiawan bahagia dengan jalan hidupnya.
Usai saya menyantap bubur Tinutuan. Saya pun pamit karena harus melanjutkan perjalanan lagi: mencari bahan tulisan untuk feature saya.
Sebelum berpisah kami pun berfoto di depan rumah makan sederhananya.
Saya pamit. Sepeda motor butut yang saya bawa mulai bersuara.
Tetap semangat sobat! Nanti kita berjumpa lagi.
Hujan deras berganti rintik-rintik. Saya pun melanjutkan perjalanan menuju kawasan wisata Pantai Likupang.
Ya, ternyata hari masih panjang walau agak sedikit dingin karena dibalut hujan rintik-rintik.(*)
-
Jejak Norman6 bulan ago
Anda Suka Wisata Menantang, Ayo Jajal Air Terjun Desa Kali di Minahasa!
-
Jejak Norman6 bulan ago
Pedasnya Cakalang Fufu Bikin Bibir Jontor
-
Jejak Norman6 bulan ago
Singgah di Kelimutu, Ujungnya Raih Penghargaan
-
Jejak Norman6 bulan ago
Sambangi Manado, Nyesel Lho Tanpa Cicipi Klappertaart
-
Budaya6 bulan ago
Keren! Tari Kabasaran Warnai Peringatan Kemerdekaan RI di Desa Kamangta
-
Jejak Norman6 bulan ago
Suwer Air Mata Menetes
-
Jejak Norman6 bulan ago
Mereka Hanya Seonggok Cerita antara Jakarta, Depok dan Bogor
-
Jejak Peristiwa6 bulan ago
Gereja Tertua di Manado, Ini Lho!